Kedatangan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap terbuka. Harapan
rakyat Indonesia, tentara Jepang yang selama ini sangat mengganggu dapat
dilucuti oleh Sekutu. Akan tetapi kedatangan Sekutu yang disertai dengan
orang-orang NICA (Nederlands Indies Civil Administration atau
Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) akan membangun kembali kekuasaan kolonial
Belanda. Sikap rakyat Indonesia kemudian berubah menjadi curiga dan selanjutnya
memusuhi Sekutu.
Perintah penghentian tembak-menembak
Pada tanggal 25 Oktober 1945, pasukan Sekutu di bawah komando Brigadir
Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya.
Kedatangan pasukan ini menimbulkan kebencian dan kemarahan rakyat Indonesia. Terutama, setelah pasukan ini menyerbu penjara republik untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu dan pegawai-pegawai Sekutu yang ditawan pihak republik.
Kedatangan pasukan ini menimbulkan kebencian dan kemarahan rakyat Indonesia. Terutama, setelah pasukan ini menyerbu penjara republik untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu dan pegawai-pegawai Sekutu yang ditawan pihak republik.
Akibat tindakan Sekutu tersebut, pada tanggal 28 Oktober 1945,
rakyat Indonesia menyerang pos-pos Sekutu di Kota Surabaya. Hanya dalam waktu satu
hari, pasukan Sekutu dapat dihancurkan. Namun, pemimpin republik segera
memerintahkan penghentian tembak-menembak. Sebaliknya, penghentian tembak-menembak
itu tidak dihormati oleh pihak Sekutu.
Dalam satu kejadian, Brigjen Mallaby ditemukan telah tewas. Hal
ini menyebabkan Sekutu berani mengeluarkan ultimatum yang sangat menyinggung
perasaan bangsa Indonesia. Bunyi ultimatum tersebut adalah “Pemimpin dan
orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan
senjatanya. Selanjutnya, mereka harus menyerahkan diri dengan mengangkat
tangan di atas. Batas waktu ancaman itu adalah pukul 06.00 tanggal 10
November 1945”.
Tentu saja, ultimatum itu tidak dipatuhi oleh rakyat Indonesia. Sebaliknya,
justru membakar semangat juang bangsa Indonesia untuk mempertahankan kehormatan
sebagai bangsa yang merdeka.
Pada tanggal 10 November 1945, pecahlah pertempuran besar di Surabaya,
Sekutu mengerahkan pasukan darat yang berkekuatan 10.000-15.000 tentaranya. Di
samping itu, pihak Sekutu mengerahkan meriammeriam dari kapal penjelajah Sussex
dan beberapa kapal laut lain dari arah pantai Surabaya. Pasukan Sekutu juga
mengerahkan pesawat tempur Angkatan Udara Kerajaan Inggris, yakni RAF (Royal
Air Force).
Pertempuran Surabaya ini berlangsung sangat tidak seimbang.
Namun karena semangat juang, tekad untuk mempertahankan kemerdekaan tidak dapat
membuat para pejuang mundur atau mengalah. Mereka justru semakin bergelora
melawan Sekutu yang baru saja memenangkan peperangan dalam Perang Dunia II.
Bung Tomo yang sedang membakar semangat rakyat Surabaya
Sepanjang pertempuran, semangat juang bangsa Indonesia terus
dibakar oleh pemimpin perjuangan rakyat Surabaya, yaitu Bung Tomo. Dengan
suaranya yang lantang, Bung Tomo membakar semangat dan berseru:”Maju terus
pantang mundur! Allahu Akbar! Allahu Akbar!” Suara Bung Tomo ini terdengar
pula melalui radio-radio.
Pertempuran Surabaya ini berlangsung sampai awal bulan Desember 1945
dengan ribuan pejuang yang gugur. Mereka rela berkorban demi kehormatan dan
kemerdekaan tanah airnya. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya yang
mencerminkan seluruh bangsa Indonesia, pemerintah kemudian menetapkan tanggal
10 November sebagai hari pahlawan.
Berikut video pembelajaran tentang peristiwa 10 November di Surabaya
Materi ini dapat di download pada tautan ini. Jangan lupa mengerjakan kuis ya anak-anak setelah mempelajari materi ini.
Berikut video pembelajaran tentang peristiwa 10 November di Surabaya
0 Komentar